1. Kelelawar
Hampir semua jenis kelelawar
merupakan nocturnal, yaitu mahluk yang aktif di malam hari. Memiliki kemampuan
Echolocation. Mungkin Kamu selama ini menyangka bahwa kelelawar itu buta,
tetapi sebenarnya kelelawar itu tidak buta. Bahkan, penglihatan kelelawar
terbilang cukup baik. Meski begitu, kelelawar cenderung lebih menggunakan
sistem sonar yang dimilikinya dalam memburu mangsanya. Sistem sonar tersebut
disebut dengan Echolocation. Dengan kemampuan echolocation, kelelawar pada
awalnya mengeluarkan suara frekuensi tinggi (sejenis teriakan) melalui mulut
atau hidungnya, suara tersebut kemudian memantul kembali ke mereka ketika ada
sesuatu di depannya. Dengan cara itulah kelelawar mampu untuk menentukan lokasi
mangsanya, meski suasana sangat gelap. Suara yang diproduksi kelelawar itu
tidak bisa didengar oleh manusia. Perlu Kamu tahu bahwa kemampuan echolocation
kelelawar sangat sensitif, karena mampu mendeteksi benda yang sangat tipis.
Suara kelelawar tersebut diproduksi
oleh larynx atau kotak suara dengan cara memaksa udara untuk melewati membran
vocal yang sangat tipis yang hanya dimiliki oleh kelelawar. Tahukah Kamu?
Ketika kelelawar sedang mencari mangsanya biasanya mereka mengeluarkan 10
getaran suara per detiknya, tetapi ketika lokasi mangsanya sudah ditemukan maka
akan diproduksi 200 getaran suara dalam setiap detiknya, sehingga mereka dapat
mengejar dan menangkap mangsanya.
2.
Lumba-Lumba
Lumba-lumba bernapas melalui lubang yang ada di atas
kepalanya. Tepat di bawah lubang ini, terdapat kantung-kantung kecil berisi
udara. Dengan mengalirkan udara melalui kantung-kantung ini, mereka
menghasilkan suara bernada tinggi. Kantung udara ini berperan sebagai cermin
akustik yang memfokuskan suara yang dihasilkan gumpalan kecil jaringan lemak
yang berada tepat di bawah lubang pernapasan. Kemudian, suara ekolokasi ini
dipancarkan ke arah sekitarnya secara terputus-putus. Suara lumba-lumba segera
memantul kembali bila membentur benda apa pun. Lumba-lumba mendengarkan seksama
pantulan suara ini. Gelombang suara ini ditangkap di bagian rahang bawahnya
yang disebut "jendela akustik". Dari sini, informasi suara diteruskan
ke telinga bagian tengah, dan akhirnya ke otak untuk diterjemahkan. Pantulan
suara dari sekelilingnya memberi informasi rinci tentang jarak benda-benda dari
mereka, berikut ukuran dan pergerakannya. Berkat perangkat ini, lumba-lumba
dapat memindai wilayah yang luas; bahkan memetakan samudra. Inilah sistem sonar
sempurna yang dengannya lumba-lumba memindai dasar laut layaknya alat pemindai
elektronik.
Lumba-lumba juga menggunakan sistem sonar untuk
berkomunikasi secara mengagumkan. Mereka mampu saling berkirim pesan meski
terpisahkan oleh jarak lebih dari 220 km. Artinya, seekor lumba-lumba di selat
Bosphorus dapat berkomunikasi dengan rekannya di selat Dardanela. Lumba-lumba
paling sering berkomunikasi secara menakjubkan untuk menemukan pasangan dan saling
mengingatkan akan bahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar